Soto ayam Madura, Hanya nama saja. Nama soto sangat banyak fariannya seperti soto ayam, soto babat dan soto daging. Soto ayam menggunakan dagingayam, soto babat menggunakan jeroan sapi dan soto daging menggunakan daging sapi. Jika buka puasa Ramadhan jangan lupa mencicipi soto ayam dan soto babat ketika sampai di Pantura Situbondo. Soto etnik Madura di Situbondo. Selamat mencoba. oya… foto diatas adalah soto ayam buatan istri tercinta.
- Jangan ditiru: masak campur nekat
- “Karocok” tak terpikirkan tapi eksotik
- Ikan kakap masak asam manis, ini resepnya
- Ikan bakar, ikan mangla cocoknya
- Bakso, apasih bakso itu?
- Ini yang mantap, Soto Madura di Wringin Anom, Pantura Situbondo, ini dia
- Nasek Sodu hanya ada di Situbondo
- Obat batuk tradisional, dari bunga blimbing wuluh, bagaimana cara membuatnya?
- Resep sambal goreng praktis, mana tahan
- Resep sambal cabe dan jeruk nipis, masih dari Situbondo
Haduh.. Buko jik suwe. Wetengku wis kemrucuk. 🙂
LikeLike
sabar Bang, tapi sudah ashar. sebentar lagi….
LikeLike
Iyo.. kurang bentar lagi.
LikeLike
waktu telah tiba…..
LikeLike
Iya. Alhamdulillah.
LikeLike
abang ada di kota mana? saya di Panarukan, Situbondo
LikeLike
Aku nang Tangerang, kelahiran Suroboyo, sekolah sampek kuliah nang suroboyo.
LikeLike
di UNESA? apa jurusan senirupa?
LikeLike
Nggak. Di Unitomo, fak ilmu komunikasi. Mlenceng yo..
Sampeyan FSR-UNESA?
LikeLike
Tidak, seni rupa jurusan dkv undiksha Singaraja, Bali
LikeLike
Ooo.. kok nyasar ke Panarukan, Mas? Tugas? Atau asli Panarukan?
LikeLike
saur saur….oya. asli saya Bondowoso sekolah ke Bali, lalu kecantol sama orang Panarukan, saya mengajar mas.
LikeLike
Alhamdulillah sudah. Oo karena isteri. Ngajar seni rupa?
Aku ke Jakarta krn kerja; awal th 2000an.
LikeLike
hebat mas. ya saya ngajar seni rupa.
LikeLike
Hebat. Bisa memaksimalkan potensi daerah, karena setahu saya bakat2 di daerah itu hebat. Apalagi seperti yang saya baca approach sampeyan ke seni rupa tradisional. Wah, joss!
LikeLike
terima kasih. anak anak tidak harus bisa menggambar, bagaimana mengambil bagian dari seni serta saya ajak menjadi pelaku budaya di daerahnya masing-masing. dengan begitu, anak bangsa akan bangga dengan merah putih dan budayanya sendiri.
LikeLike
Setuju, mas.
LikeLike
mas bekerja di bidang apa? sepertinya menarik. di Jakarta berkesenian pasti sangat di hargai.
LikeLike
Saya ngerjakan ilustrasi untuk nafkah, dan melukis untuk kehormatan, Mas. Kesenian dimana-mana sama mas. Kalo di jakarta justru apresiasi cenderung komersil. Jadi bukan pada nilai kebanggaan dan olah rasa. Misalnya (merujuk pada bidang saya), orang beli lukisan bukan karena ikut merasakan emosi atau filosofi lukisan tsb, tapi pada nilai investasi. Ada juga yang membeli karena tak mau kalah gengsi.
LikeLike
melukis untuk kehormatan. kalimat ini saya lakukan. Di situbondo, untuk kata lukis sama dengan bahan, artinya ide dan kreatifitas tak terbayar. o ya. saya dapat kalimat ini dari seorang teman pemain teater “kebudayaan/budaya/kearifan lokal akan ditinggalkan ketika tidak menghasilkan uang”. bagaimana menurut mas?
LikeLike
Menurut saya, manusia sendiri pada dasarnya akan mencari kesejatian lewat penggalian ke dalam diri sendiri; dari situlah kearifan dan budaya berasal.
Analogi saya, fine art dan budaya/kearifan lokal itu tak ubahnya seperti lari estafet dan maraton, sedangkan seni komersial seperti lari sprint, cepat kehabisan napas.
Sehingga trendnya akan cpt sekali berubah, dan dangkal secara filosofi.
Kearifan budaya lokal memberikan apa yang tidak akan didapatkan dari seni komersial, inner peace dan ultimate peace. Jadi ia tidak akan ditinggalkan, akan selalu ada yang meneruskan, mengajarkan, menyebarkan.
Punahnya kearifan budaya lokal bukan karena ditinggalkan, tp karena matinya peradaban dan masyarakat itu sendiri.
LikeLike
terima kasih pencerahannya. tapi saya sedikit berfikir antara peradaban maju dan negara maju. bagaimana itu mas?
LikeLike
Mungkin maksudnya kesadaran pada pemanfaat teknologi dan mental manusianya yang non konsumerism?
LikeLike
benar…
LikeLike
Menurut saya pemanfaatan teknologi lebih terkait untuk penyebaran informasi tentang budaya itu sendiri. Kita tahu budaya amerika, eropa, jepang, korea yang menjadi trend di indonesia, karena kemampuan mereka menyebarkan informasi secara massive, dan mental masyarakat kita yg pada dasarnya konsumeris.
Kita memang tidak punya kekuatan untuk menyebarkan budaya lokal secara massive lewat teknologi. Tapi setidaknya kita menyuarakan, dengan bahasa yang mereka mengerti agar tahu bahwa budaya dan kearifan lokal itu eksis.
Sama seperti yang mas lakukan.
LikeLike
berarti kita Indonesia harus seperti mereka, ketika merek menyuaran diri mereka. kendala di daerah adalah pemanfaatan teknologi komunikasi sebagai gaya hidup, bukan sebagai kebutuhan. saya berusaha untuk membangunkan mereka dari sekolah yang berada di kota kecil. di kurikulum saat ini anak SMA harud bisa bersaing di kancah dunia. Kurikulum sebelumnya persaingan antar manca negara. Jadi anak didikku harus betul-betul bangun dari tidurnya lewat seni sebagai tunggangannya.
LikeLike
Idealnya memang begitu, seandainya tidak bisa scr besar2an, ayolah mulai mempengaruhi rekan2 utk mulai menyuarakan.
Hebat apa yang sdh mas rintis, lewat kerja nyata dan blog milik mas. Aku rasa semua itu tidak akan sia2.
Memang kerja panjang, seperti yang saya analogikan tadi.
LikeLike
Terima kasih untuk dukungannya.
LikeLike
Sama-sama. Terima kasih buat diskusinya.
LikeLike
Mas ini kok beda foto profilnya, ini ceria, yang kemarin seniman banget.
LikeLike
Hehe variasi saja. Ini foto satu setengah thn lalu. Waktu rambut masih pendek.
LikeLike
AYO DUKUNG
http://senibenni.com/2014/09/27/ayo-dukung-kakang-embug-situbondo-2014-aurum-carolia-nafika-jaya/
LikeLike