A Share (a ser), budaya Bondowoso

image

image

A Share atau dengan kata lain a ser, biasanya acara ini adalah acara sakral yang dilakukan oleh masyarakat Bondowoso yaitu di kecamatan Klabang, acara ini merupakan sebuah serangkaian untuk bersyukur dan berdoa. Di masyarakat kebanyakan, acara ini akan mengundang tetangga dan saudara untuk bersyukur dan berdoa, biasanya menu yang disajikan tergolong unik, yaitu “kella patena ajem” ayam bumbu santan. Sisi uniknya yaitu pada saat masak nasi dan bumbu ayam tersebut. Di masa saya kecil yaitu ditahun 1980-an, yang masak nasi dan ayam bumbu santan tersebut adalah laki-laki, bukan perempuan, dan tidak boleh berbicara pada saat proses awal sampai akhir melainkan membaca shallawat kepada Nabi Muhammad SAW, serta tidak boleh batal wudhuk. Uniknya lagi, yaitu saat nasi yang dibagikan pada peserta undangan dan setiap nasi sisanya dipagi hari tidak mengeluarkan bau. Pada saat menyantap nasi ser tersebut tersa sangat nikmat. Subhanallah budaya setempat ini sangat menskjubkan. Namun untuk saat ini sudah bergeser dan ada semacam perubahan, tidak laki-laki lagi yang masak, hanya perempuan disyaratkan tidak datang bulan. Inilah sebuah pergeseran nilai dari budaya arif menjadi budaya instan. Saya hanya menulis kenangan masa kecilku, semoga bermanfaat.

About Ramliong

Berkarya dalam bentuk rupa
This entry was posted in Nuasantara and tagged , , , , , , , , , , , , , , , , . Bookmark the permalink.

7 Responses to A Share (a ser), budaya Bondowoso

  1. ohna2s says:

    Saya malah baru tahu nih mas. Ini semacam perayaan rutin tahunan atau pas ada hajatan aja mas?

    Like

    • Ramliong says:

      Biasanya masyarakat melakukan ini pada saat mendapat rejeki yang ditunggu-tunggu, bersyukur, lepas dari ujian hidup, atau punya nadar untuk beramal melalui kegiatan ini. Kegiatan ini sering dilakukan oleh masyarakar Bondowoso, Situbobdo dan warga keturunan Madura dimanapun ia berada. Ditempat lain tidak ada. Bahkan itu bentuk cara atau indahnya kearifan lokal yang mengemas amal dengan cara a ser.

      Like

      • ohna2s says:

        Kemaren sempat tanya-tanya sama kakak yang kebetulan tinggal di Klabang. Iya, ternyata memang ada mas, dan kebetulan kakak bertetangga dengan pelakunya langsung. Dari postingan mas Romli ini, saya jadi tahu dan saya yakin juga belum banyak yang tahu. Sering2 bikin postingan seperti ini mas (tentang budaya lokal) 🙂

        Like

      • Ramliong says:

        Ia mas, terima kasih. Saya sendiri lahir di sana, semenjak SMA saya hijrah ke Situbondo, setelah keluar saya hijrah ke Jember satu tahun, namun saya hijrah lagi ke Bali selama 4,5 tahun, dan sekarang tinggal di Panarukan. Yang dikenal dalam sejarah Anyer-Panarukan. Mas sendiri tinggal dimana?

        Like

      • ohna2s says:

        Wah mas-nya udah melanglang buana nih ya 🙂 menjadi guru yang juga seorang seniman (pelukis). Saya asli dan tinggal di Bondowoso kota pinggiran. Tepatnya sebelum pemandian Tasnan, mas. Senang bisa kenal dengan mas Romli melalui blog ini.

        Like

      • Ramliong says:

        Terima kasih, wah berati darah Al-Islah. Badan saya ada di Situbondo, tapi otak saya adalah pola pikir orang Klabang, yaitu desa yang sanagat menginspirasi buat saya.

        Like

      • ohna2s says:

        ga juga mas 🙂
        Dari tulisan2 blog mas Romli ini aku jadi pengen bikin juga blog yang ngulas tentang hal2 kecil, budaya lokal atau tradisi2 di lingkungan sekitar kita sendiri, biar ga berat2 heuheu~
        Aku tunggu postingan2 selanjutnya dari Mas Romli,

        Like

Leave a comment